Kamis, 17 Juni 2010

OVEN MATAHARI..nol emisi

Hobi memasak ?? Dan suka makan ?? Tentu tidak jauh-jauh dengan dapur. Apa yang anda pakai sebagai bahan bakar untuk kompor yang anda pakai memasak ? Apakah masih dengan minyak tanah atau gas elpiji ? Itu terserah pilihan anda. Namun saat ini minyak tanah sudah tidak disubsidi lagi oleh pemerintah dan kalaupun ada susah didapat dan harganya mahal. Jika memakai gas elpiji masih cukup mudah didapat, harganya lebih murah dan lebih bersih. Tetapi dengan seiring waktu harganya juga terus menanjak.

Sekarang ada pilihan alternatif sumber energi untuk memasak. Anda cukup dengan mengeluarkan sedikit uang untuk membuatnya. "Membuat ??"..itu mungkin pertanyaan yang ada di benak anda. "Ya.." Kita akan membuatnya, tepatnya membuat oven dan bahan bakarnya tidak perlu membeli. Kita sebut oven ini dengan sebutan "oven matahari". Memang kita cukup dengan memanfaatkan panasnya cahaya matahari yang tiada batas sebagai energi untuk memasak.

Cukup sediakan (1) kardus bekas mie instan dan kardus lain yang lebih kecil (2) kertas timah atau alumunium foil, (3) koran bekas atau rumput kering atau serbuk kayu, (4) cat hitam, (5) kaca bening atau plexiglas seukuran luas permukaan atas kardus besar, (6) panci warna gelap dengan tutup, dan (7) termometer (jika ada).


Cara membuatnya ialah :
  1. Lapisi semua sisi dalam kardus yang besar dengan kertas timah atau aluminium foil, termasuk pada sisi dalam tutup kardus.
  2. Cat sisi dalam kardus yang lebih kecil dengan cat warna hitam dan keringkan.
  3. Buka kardus besar yang telah berlapis kertas timah dan posisikan keempat tutupnya dengan sudut 60 derajat dari permukaan kardus.
  4. Masukkan kardus kecil ke dalam kardus besar, di antara keduanya isi dengan koran bekas yang telah diremas atau rumput kering atau serbuk kayu.
  5. Jika ingin langsung memasak, letakkan panci warna gelap (tentu sudah bersama makanan yang mau dimasak ) di dalam kerdus yang kecil.
  6. Tutup kardus dengan menggunakan kaca.
  7. Letakkan kardus di tempat yang terkena sinar matahari secara langsung.
  8. Oven ini lebih efektif bila dipakai tepat pada siang hari dimana matahari tepat tegak lurus di atas kita.
Oven kardus tenaga surya sederhana ini mudah dibuat dan cukup murah. Oven ini bisa stabil di suhu 90,5 derajat celcius, suhu yang lebih dari cukup untuk menjerang air dan memanggang kentang. Akan tetapi oven murah ini tetap saja memiliki kelemahan, yaitu kurang efektif bila dipakai di saat matahari belum cukup terik. Akan tetapi tidak ada salahnya mencoba energi alternatif yang murah meriah dan berlimpah. Selamat mencoba.


Sumber : Jon Bohmer ( National Geographic Indonesia edisi November 2009 )

Minggu, 13 Juni 2010

UNUNBIUM....si unsur kimia ke-112

Tabel periodik unsur kima

Yang pernah belajar Kimia semasa di sekolah menengah atas ( SMA ) tentu tidak asing melihat tabel di atas. Benar, tabel di atas adalah Tabel Periodik Unsur Kimia. Sudah sangat banyak unsur-unsur kimia yang telah ditemukan sejak dahulu sampai sekarang ini.

Tahun lalu, unsur kimia ke-112 yang merupakan hasil fusi nuklir masuk ke dalam tabel periodik. Sesungguhnya, elemen yang hingga kini merupakan unsur terberat itu sudah diidentifikasi pada tahun 1996 dean tim penemu ingin menamainya"copernicum" untuk menghormati Nicolas Copernicus. Pasalnya, teori Copernicus tentang matahari sebagai pusat sistem tata surya mirip dengan struktur atom yaitu elektron mengorbit nukleus.

Gambaran struktur dari "ununbium"

Menurut jadwal, nama copernicum bakal disetujui oleh International Union of Pure Applied Chemistry ( IUPAC ) tahun ini. Mengenai penamaan, biasanya para ilmuwan menamai unsur berdasarkan nama planet, tokoh mitologi atau warna. Namun bisa juga unsur dinamai berdasarkan tanah kelahirannya. Untuk menghindari terjadinya perselisihan dalam pemberian nama sebuah unsur, kini IUPAC menerbitkan panduan. Sebelum nama ditetapkan, harus ada nama latin sebagai nama sementara. Untuk unsur ke-112, namanya adalah "ununbium", artinya 112.


Sumber : central.sancarlos.k12.ca.us dan National Geographic Indonesia

PETIR 200 HARI


Dalam dekade terakhir ini, petir semakin sering menyambar tanah. Namun, di Danau Maracaibo yang terletak di mulut Sungai Catatumbo, Venezuela barat laut, petir tak henti-hentinya menyambar nyaris sambung-menyambung hampir selama 200 hari dalan setahun. Masyarakat kuno Yukpa di negeri itu percaya, kilatan cahaya petir yang berwarna biru, putih dan merah muda itu terjadi saat kunang-kunang bertemu dengan ruh para leluhur.


Karena dapat terlihat dari jarak hingga 160 kilometer, selama berabad-abad para pelaut menggunakan cahay petir Catatumbo sebagai pemandu. Di mata Angel G Munoz, ilmuwan Universitas Zulia, Maracaibo, fenomena petir Catatumbo itu seperti kembang api di tengah malam. Bahkan konon kabarnya si Colombus memakainya sebagai panduan dalam berlayar hingga akhirnya menemukan benua Amerika.

Rupanya, kunci keindahan petir Catatumbo terletak pada gas nontoksik Metana yang menguap dari rawa dan endapan minyak di kawasan tersebut. Berikut gambaran terbentuknya petir di sungai Catatumbo :

1. Angin lautan Karibia yang hangat dan lembap bertemu dengan angin Pegunungan Andes yang bisa menyebabkan badai guntur.

2. Metana menguap dari lapisan minyak di Danau Maracaibo dan dari materi rawa yang membusuk. Gas ini lalu dibawa angin ke awan.

3. Arus udara di dalam awan menyebarkan metana secara merata, tetapi gas tersebut tetap terkonsentrasi di daerah tertentu.

4. Dalam kondisi normal, udara di awan merupakan penyekat yang membuat aktivitas listrik menurun. Metana membuat sekat itu melemah, sehingga terjadilah petir.



Sumber : National Geographic Indonesia

GUNKANJIMA...pulau kapal perang

Ada sebuah pulau karang kecil di Jepang, tepatnya di barat daya kota Nagasaki. Pulau tersebut bernama Gunkanjima, pada akhir tahun 1950-an merupakan pulau terpadat di dunia. Ukuran pulau hanya seluas 480 meter X 150 meter itu ditinggali oleh 5.000 orang. Sebagian besar penghuninya adalah para pekerja tambang batubra yang terdapat di bawah pulau itu.

Letak pulau Ginkanjima di lepas pantai
barat daya kota Nagasaki


Pada tahun 1959 kepadatan penduduk di Gunkanjima mencapai 835 oprang per hektar dan 1.391 orang per hektar di pusat permukiman. Gunkanjima dalam bahasa Jepang berarti "pulau kapal perang". Nama itu diambila dari bangunan beton yang menjulang di sana yang membuat pulau itu berbentuk seperti kapal perang di tengah laut bila dilihat dari kejauhan.



Dilihat dari laut memang nampak seperti kapal perang

Awalnya pulau itu bernama Hashima. Ketika batu bara ditemukan di bawah pulau itu pada akhir periode 1800-an, pulau itu pun dibeli oleh korporasi Mitsubishi. Mitsubishi kemudian membangun permukiman, pertokoan, sekolah dan berbagai fasilitas pendukung lainnya. Gunkanjima kemudian diperluas untuk menampung populasi petambang batu bara beserta keluarganya.

Selama Perang Dunia II, ratusan warga China dan Korea dikirim ke pulai itu untuk kerja paksa. Sebagian dari mereka tewas karena kondisi yang memprihatinkan, dan sebagian lagi tewas akibat kecelakaan di pertambangan.



Benar-benar telah menjadi kota hantu

Pada tahun 1974 batu bara di Gunkanjima telah habis dan Mitsubishi menelantarkan pulau tersebut. Selain itu harga impor batu bara dari luar Jepang justru lebih murah, hal inilah yang membuat Jepang lebih memilih mengimpor. Sekarang pulau yang pernah menjadi tempat terpadat di dunia itu berubah menjadi kota hantu. Bangunan permukiman, pertokoan, sekolah dan sarana penunjang lainnya dibiarkan begitu saja. Pada tahun 2009 Mitsubishi mendonasikan pulau tersebut kepada Nagasaki untuk di buka lagi sebagai daerah wisata.


Sumber : Kompas edisi Minggu 13 Juni 2010, MetroTV

Senin, 07 Juni 2010

MOLA-MOLA....ikan teraneh di lautan

Mola-mola atau nama lainnya “sunfish”, merupakan satu makhluk terbesar dan paling aneh bentuknya di laut. Mola-mola dapat dijumpai di seluruh samudra di dunia. Bahkan di perairan Indonesia sudah kbeberapa kali ditemukan si Mola-mola ini. Saat ditemukan disuatu lautan, biasanya mereka sedang dalam masa bermigrasi. Tak banyak informasi yang diketahui tentang ikan besar yang ramah ini.

Bentuknya sekilas seperti kapak

Para peneliti dari Pusat Pelagis Univesitas New Hampshire tengah mempelajari perilaku Mola-mola dengan menggunakan transmitter radio yang didesain secara khusus sehingga mampu mengambang di permukaan air dan mengirimkan data lewat satelit. Yang mengejutkan, data yang dikumpulkan tentang gerakan Mola-mola menunjukkan bahwa Mola-mola di Atlantik utara bermigrasi sedikitnya 3000 kilometer dan dapat menyelam sedalam 800 meter. Mereka bermigrasi ke selatan pada waktu musim semi, terkadang dengan mengikuti tepian dasar benua dan bepergian sampai sejauh teluk Meksiko.

Mola-mola dikenal sebagai ikan yang mampu mengambang dalam waktu lama di permukaan air. Namun berdasarkan penelitian, Mola-mola mampu bermigrasi untuk periode yang cukup panjang di kedalaman samudra. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mereka mampu berenang di bawah arus yang mengalir ke utara ketika bermigrasi ke selatan. Makanan Mola-mola yang paling utama adalah ubur-ubur yang biasa ditemukan di sekitar penyu belimbing. Mola-mola juga menyantap zooplankton, cumi-cumi, bintang laut, belut laut, dan rumput laut.

Ukurannya sangat besar, bahkan bila manusia terlentang di atasnya,
laksana berbaring di karpet

Berat seekor Mola-mola dewasa bisa mencapai 2300 kilogram dan besarnya sekitar 4,3 meter. Mola-mola dikenal dengan bentuknya yang unik, yaitu memilki kepala raksasa, sirip yang panjang dan tidak memiliki ekor. Sebenarnya mereka memiliki ekor berupa “clavus” yaitu pucuk ekor yang bergelombang dan lebar yang sebenarnya tak berguna untuk berenang, tak seperti layaknya ikan pada umumnya. Kulit mereka dilapisi lendir yang menjadi tempat hidup beberapa jenis parasit.



Sumber : Kompas, Minggu 6 Juni 2010

COME and GO

free counters