Jumat, 29 April 2011

SKALA SCOVILLE : pengukur pedasnya cabe

Anda penyuka pedas ? Jika "iya" berarti anda penyuka cabe ? Ya..cabe adalah salah satu sayuran favorit bagi hampir semua manusia di bumi ini. Rasanya yang pedas justru menjadi kenikmatan bagi yang mengkonsumsinya. Tetapi tahukah anda ada berapa banyak jenis cabe di bumi ini ? Jawabannya cukup banyak, ada berpuluh-puluh jenis cabe dengan tingkatan pedas yang berbeda-beda. Dari yang tidak pedas sama sekali sampai yang sangat pedas.

Selain sebagai penyuka cabe, apakah anda juga tahu bahwa cabe yang jenisnya beragam ternyata memiliki sebuah alat ukur untuk mengetahui tingkat kepedasannya ? Mungkin hanya sedikit yang tahu. Nama alat ukur itu adalah skala Scoville. Skala Scoville adalah ukuran tentang pedasnya cabai. Buah genus Capsicum (cabai) mengandung capsaicin, suatu bahan kimia yang merangsang ujung saraf penerima pedas di lidah, dan jumlah satuan pedas Scoville (SHU) menunjukkan jumlah capsaicin yang ada. Banyak sambal menggunakan peringkat Scoville mereka dalam iklan sebagai daya jualnya.

Namanya berasal dari Wilbur Scoville, seorang fisikawan Amerika Serikat yang mengembangkan Tes Organoleptic Scoville pada 1912. Pada rancangan aslinya, cairan ekstrak cabai dicampurkan dalam air gula sehingga 'pedasnya' tidak lagi dapat dideteksi oleh sebuah panel penguji (biasanya lima orang). Tingkat pencampurannya itu memberikan ukuran bagi skala Scoville ini. Jadi cabai manis yang tidak mengandung capsaicin sama sekali, pada skala Scoville nilainya nol. Artinya rasa pedas tidak ditemukan bahkan ketika cairan itu belum dicampurkan. Sebaliknya, cabai yang paling pedas, seperti misalnya cabai Habanero, mempunyai peringkat 300.000 atau lebih. Hal ini menunjukkan bahwa ekstraknya harus dicampurkan 300.000 kali lipat sebelum capsaicin yang hadir di dalamnya tidak terasa lagi. 15 satuan Scoville sama tingkatnya dengan satu bagian capsaicin per satu juta. Jadi, konsentrasi yang tertinggi sama nilainya dengan 15.000.000 satuan Scoville. Kelemahan teresar dari Tes Organoleptik Scoville ialah ketidaktepatannya, karena ia mengandalkan subyektivitas manusia.

Peringkat Scoville berbeda-beda dalam suatu spesies— yang paling mudah dengan faktor 10 atau lebih—tergantung pada keturunan benih, iklim dan bahkan tanah. Hal ini khususnya berlaku untuk habaneros.

16.000.000 Kapsaisin murni, Dihidrokapsaisin
9.100.000 Nordihidrokapsaisin
8.600.000 Homodihidrokapsaisin dan Homokapsaisin
7.100.000 Sambal "The Source"
5.300.000 Semprotan merica polisi
2.000.000 Semprotan merica biasa atau Bom Cabai
855.000 - 1.359.000 Cabai Naga Viper
350.000 - 580.000 Savina Merah habanero
100.000 - 350.000 Cabai Habanero
100.000 - 325.000 Scotch bonnet
100.000 - 225.000 Piri piri
100.000 - 200.000 Cabai pedas Jamaika
100.000 - 125.000 Cabai cayenne Carolina
95.000 - 110.000 Cabai Bahama
85.000 - 115.000 Cabai Tabiche
50.000 - 100.000 Cabai rawit, Cabai Chiltepin, Rocoto
40.000 - 58.000 Cabai Pequin
40.000 - 50.000 Cabai super chile, Cabai Santaka
30.000 - 50.000 Cabai Cayenne, Cabai Tabasco
15.000 - 30.000 Cabai de Arbol
12.000 - 30.000 Cabai Manzano, Ají
5.000 - 23.000 Cabai Serano
5.000 - 10.000 Cabai lilin panas, Chipotle
2.500 - 8.000 Jalapeño, Cabai Santaka, Saus Tabasco
2.500 - 5.000 Cabai Guajilla
1.500 - 2.500 Cabai Rocotilla
1.000 - 2.000 Cabai Pasilla, Cabai Ancho, Cabai Poblano
700 - 1.000 Cabai Coronado
500 - 2.500 Cabai Anaheim
500 - 1.000 Cabai New Mexico
500 - 700 Cabai Santa Fe Grande
100 - 500 Cabai Pepperoncini, Pimento
0 Paprika

Jumat, 01 April 2011

TAK ADA SUMUR DI SINI

Kita yang tinggal di desa di kaki gunung tentulah beruntung bila dibandinggkan dengan yang tinggal di perkotaan. Di kaki gunung air berlimpah dan kualitasnya masih cukup baik. Sedang di kota air bersih terbatas. Selain jumlah air berlimpah, di kaki gunung cara mendapatkan airnya juga rada beda. Dengan kondisi geografis yang berbukit-bukit tentu tidak mudah membuat sebuah sumur untuk mendapatkan air. Kalaupun ingin tetap menggali sumur, diperlukan kerja ekstra berat, perlu banyak tenaga dan biaya. Hal ini disebabkan karena letak air tanah di daerah kaki gunung cukuplah dalam. Namun masyarakat di kaki gunung punya solusi yang lebih baik dan mudah dalam mendapatkan air bersih.

Di kaki gunung pepohonan masih cukup lebat sehingga banyak bisa ditemui mata air. Masyarakat cukup memanfaatkan keberadaan mata air tersebut untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih. Untuk menyalurkan air dari sumbernya ke rumah-rumah masyarakat bergotong royong membangun saluran air. Mereka menyalurkan air dengan menggunakan pipa-pipa besi dan PVC. Dari mata air, air disalurkan ke setiap desa dengan pipa besi ukuran cukup besar, dimana di setiap desa telah ada bak ukuran besar sebagai tampungan sementara. Setelah dari bak besar, air disalurkan ke setiap dusun dengan pipa PVC yang ukurannya lebih kecil daripada pipa besi tadi.

Bak ini pasti ada di setiap dusun,
jadi air tertampung dahulu sebelum di alirkan ke rumah

Di setiap dusun telah terdapat bak air denga ukuran yang lebih kecil. Barulah dari bak ukuran kecil tadi air disalurkan ke rumah-rumah dengan menggunakan selang pastik seukuran jari. Di rumahpun, setiap warga sudah menyiapkan dua buah bak besar guna menampung air. Satu bak pertama sebagai tampungan awal sekaligus cadangan, dan bak kedua letaknya di kamar mandi. Bak kedua inilah air dipakai untuk kebutuhan sehari-hari.



Dengan selang-selang plastik inilah, air mengalir ke rumah

Memperoleh air langsung dari mata air bukan berarti ketersediannya air akan selalu melimpah. Bila musim kemarau, debit air bisa kecil. Namun bila saat musim hujan, debit air cukup banyak. Tidak cukup sampai disini saja. Ternyata walaupun kita tak perlu menimba dalam mendapatkan air, bukan berarti pipa-pipa penyalur air tadi tidak lepas dari perwatan. Memang untuk pipa besi ukuran besar bisa awet sangat lama, akan tetapi pipa jenis PVC perlu diganti secara berkala setiap sekian tahun sekali. namun yang paling sering memerlukan pemeriksaan adalah pipa plastik yang menuju ke rumah tadi. Sering kali pipa plastik ini tersumbat oleh lumut, sehingga perlu sering-sering dibersihkan dengan cara di"ogrok-ogrok" dengan menggunakan kawat panjang. Jadi..agar air tetap mengalir sampai rumah..lumut harus disingkirkan...karena di gunung susah bikin sumur.

Kita yang tinggal di desa di kaki gunung tentulah beruntung bila dibandinggkan dengan yang tinggal di perkotaan. Di kaki gunung air berlimpah dan kualitasnya masih cukup baik. Sedang di kota air bersih terbatas. Selain jumlah air berlimpah, di kaki gunung cara mendapatkan airnya juga rada beda. Dengan kondisi geografis yang berbukit-bukit tentu tidak mudah membuat sebuah sumur untuk mendapatkan air. Kalaupun ingin tetap menggali sumur, diperlukan kerja ekstra berat, perlu banyak tenaga dan biaya. Hal ini disebabkan karena letak air tanah di daerah kaki gunung cukuplah dalam. Namun masyarakat di kaki gunung punya solusi yang lebih baik dan mudah dalam mendapatkan air bersih.

Di kaki gunung pepohonan masih cukup lebat sehingga banyak bisa ditemui mata air. Masyarakat cukup memanfaatkan keberadaan mata air tersebut untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih. Untuk menyalurkan air dari sumbernya ke rumah-rumah masyarakat bergotong royong membangun saluran air. Mereka menyalurkan air dengan menggunakan pipa-pipa besi dan PVC. Dari mata air, air disalurkan ke setiap desa dengan pipa besi ukuran cukup besar, dimana di setiap desa telah ada bak ukuran besar sebagai tampungan sementara. Setelah dari bak besar, air disalurkan ke setiap dusun dengan pipa PVC yang ukurannya lebih kecil daripada pipa besi tadi. Di setiap dusun telah terdapat bak air denga ukuran yang lebih kecil. Barulah dari bak ukuran kecil tadi air disalurkan ke rumah-rumah dengan menggunakan selang pastik seukuran jari. Di rumahpun, setiap warga sudah menyiapkan dua buah bak besar guna menampung air. Satu bak pertama sebagai tampungan awal sekaligus cadangan, dan bak kedua letaknya di kamar mandi. Bak kedua inilah air dipakai untuk kebutuhan sehari-hari.

Memperoleh air langsung dari mata air bukan berarti ketersediannya air akan selalu melimpah. Bila musim kemarau, debit air bisa kecil. Namun bila saat musim hujan, debit air cukup banyak. Tidak cukup sampai disini saja. Ternyata walaupun kita tak perlu menimba dalam mendapatkan air, bukan berarti pipa-pipa penyalur air tadi tidak lepas dari perwatan. Memang untuk pipa besi ukuran besar bisa awet sangat lama, akan tetapi pipa jenis PVC perlu diganti secara berkala setiap sekian tahun sekali. namun yang paling sering memerlukan pemeriksaan adalah pipa plastik yang menuju ke rumah tadi. Sering kali pipa plastik ini tersumbat oleh lumut, sehingga perlu sering-sering dibersihkan dengan cara di"ogrok-ogrok" dengan menggunakan kawat panjang. Jadi..agar air tetap mengalir sampai rumah..lumut harus disingkirkan...karena di gunung susah bikin sumur.

Rabu, 23 Maret 2011

ADA "HIK" ADA "SEGO KUCING"

Makan malam sudah, tapi perut masih minta diisi. Selain itu mata juga belum mau merem. Malam-malam begini memang enaknya cari kudapan yang ringan tapi mengenyangkan. Keluar ah..cari sesuatu buat memenuhi keinginan si mulut.... Bakso, mie ayam, capjay, tahu kupat terlalu mengenyangkan. Ya sudah pilihan akhirnya tetap satu, nongkrong di angkringan. Istilah angkringan yang populer di sekitar wilayah kota Solo adalah "hik". Gak tahu sebenarnya apa arti dan asal muasal kata "hik" tersebut.

Suasananya memang temaram

Makan di hik akan memberikan suasana yang berbeda bila dibandingkan makan di warung makan atau restoran. Di hik, penikmat kuliner ( waalah istilahe kok duwurmen he.he..) bisa duduk di bangku panjang tanpa sandaran di depan atau samping dari gerobak yang dipakai untuk memajang korban dari para manusia yang kalo malam pada kelaparan ( korban yang dimaksud adalah makanan dan minuman ha.ha.ha..ha ). atau bisa juga duduk lesehan dengan tikar di kanan kiri gerobak. Pencahayaan yang diberikan di hik memang dibuat temaram sehingga berkesan hangat, dekat dan akrab. Kalau tidak percaya monggo dicoba sekali-kali makan di hik tapi lampunya dibuat terang pakai lampu 200 Watt, dijamin gak betah nongkrong apalagi makan. Pencahayaan yang dipakai biasanya lampu minyak atau istilah kerennya "lampu teplok". Namun sekarang berhubung pemerintah gak mendukung rakyat kecil ( minyak tanah mahal ) maka diganti dengan lampu listrik dengan daya terang 2,5 watt atau 5 watt.

Menu yang tersedia di hik sangat banyak dan merupakan menu makanan sederhana. Dari minuman seperti es teh, es jeruk, susu jahe, STMJ ( susu telur madu jahe ), kopi dan soda gembira. Harga minuman mulai dari Rp.1000 sampai dengan Rp.6000 . Berbagai macam camilan yang biasa seperti goreng-gorengan ( bakwan, tahu, tempe, pisang goreng, tape goreng, timus ), bacem-baceman ( tahu/tempe/ceker/kepala ayam ), sate-satenan ( sate telur gemak, ati ampela, usus, sosis ). Gorengan perpotong dihargai Rp.500, sate harganya mulai dari Rp.1000 sampai Rp.2000. Dan untuk yang mengenyangkan tersedia dalam bentuk bungkusan, ( harga perbungkus Rp.1000) ada capjay, bihun goreng, nasi goreng dan yang cukup terkenal, unik dan menjadi identitas dari hik itu sendiri adalah SEGO KUCING.

Inilah rupa dari sego kucing

Bagi yang baru coba makan di hik pasti rada aneh mendengar menu terakhir di atas. Ya..SEGO KUCING..Sego kucing yang bahasa indonesianya nasi kucing dan bahasa Inggrisnya cat rice hanyalah sebuah sebutan saja. Bukan berarti nasi berlaukkan daging kucing. Sebutan itu disebabkan oleh porsi atau ukuran pengemasannya sama dengan porsi yang dimakan oleh kucing. Pada awalnya, sego kucing muncul pertama kali di wilayah kota Klaten, sehingga masyarakat Klaten bolehlah berbangga oleh karena kuliner mereka kini sudah melegenda. Karena kemasannya yang cukup kecil, biasanya seorang tidak cukup bila cuma melahap satu bungkus sego kucing. Ia minimal akan menghabiskan dua atau tiga bungkus sego kucing. Lauk yang terdapat dalam sego kucing sebenarnya juga SSS ( sangat sederhana sekali, atau bahkan kesannnya "ndeso banget" ) berupa beberapa ikan teri goreng atau sepotong daging ikan bandeng seukuran jari plus sambal terapi. Terkadang ada juga sepotong timun sebagai pelengkap. Bagi yang tidak suka ikan teri atau bandeng, penjual biasanya juga menyediakan sego kucing yang berlaukkan oseng-oseng tempe.

Apakah keunikan dari hik sebatas kedua hal di atas ? Tidak...masih ada satu lagi keunikannya. Di hik, konsumennya berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari mahasiswa sampai eksekutif, dari anak-anak sampai orang tua dan yang pasti muda-mudi. Jadi tidak heran, hik bisa dipakai sebagai tempat untuk berpacaran, tempat untuk membahas isu-isu terbaru, sampai juga masalah lobi-melobi dalam bisnis.

Bagi yang sudah biasa jajan di hik, monggo teruskan kebiasaan itu sebagai bentuk pelestarian kuliner asli Indonesia. Bagi yang belum, silahkan mencoba keunikannya. Dan harapan ke depan, semoga saja hik bisa menjadi sarana wisata kuliner khas dari Indonesia. Hidup hik...hidup sego kucing.....

Senin, 21 Maret 2011

BUAHNYA BISA MELEDAK



Pernah melihat tanaman di atas ?...Yakin belum pernah melihatnya ?...Mungkin juga sudah sering menjumpainya. Ya..tanaman ini banyak kita jumpai di tepi jalan, di kebun di tepi sawah atau sungai. Daerah sebarannya tidak hanya di desa, bahkan di kota kita akan sering menjumpainya.

Tanaman ini termasuk dalam jenis tanaman semak dengan buah kecil berbentuk bulat panjang kecil dan ujungnya meruncing. Saat masih muda buahnya berwarna hijau dengan tengah berwarna kuning, saat tua buah berwarna coklat. Tanaman ini di setiap tempat memiliki nama berbeda-beda dan sampai saat ini penulis belum menemukan nama yang baku dan nama ilmiahnya ( bagi yang tahu nama baku dan ilmiahnya boleh menulisnya di komentar he..he..he..).

Sebenarnya tanaman ini biasa saja. Namun ada satu hal yang menarik perhatian penulis untuk mengunggahnya di blog ini. Penulis teringat pada masa kecil dulu suka bermain tanaman ini. Bagaimana cara mainnya ? Begini..! Anda melihat buahnya yang panjang runcing berwarna coklat ? Ya...buah dari tanaman inilah yang menarik dan unik, dan akhirnya bisa untuk menjadi mainan. Coba petik buahnya yang sudah coklat, lalu celupkan ujung buah yang runcing ke air. Tunggu beberapa detik...dan..."ppleetakkk.." Buah tersebut akan pecah mulai dari ujung yang runcing sampai pangkal dan menimbulkan suara yang cukup keras. Oleh karena itu penulis menamainya "Pletekan" seperti suara buahnya saat pecah. Yang lebih unik lagi, dengan buahnya seseorang bisa iseng dengan tujuan mengagetkan orang lain. Caranya ialah dengan mencelupkan buah tersebut ke air lalu meletakkannya di bahu atau di atas kepala teman yang mau diisengi. Tunggu beberapa detik...lalu akan "ppleetakk.." Bagi mereka yang menjadi korban akan cukup terkejut dengan bunyi dan getaran dari buah yang pecah tadi.

Dulu penulis sering melakukannya, namun maaf..agak sedikit jorok. Soalnya sebagai pengganti air untuk membasahi buah tadi, menggunakan air ludah ( he..he..he ). Soalnya kalau harus bawa air repot. Namun tidak apa-apalah sedikit iseng ...hehe..he

COME and GO

free counters