Siapa yang tak kenal tempe ? Jika sampai ada yang tidak tahu kita sebut saja ia dengan "kelewatan jaman". Ya..tempe memang makanan asli Indonesia. "Itu dulu.." begitu sekarang banyak orang bilang. Karena sekarang secara hak kepemilikan, tempe telah dipatenkan oleh Jepang. Namun biarlah, semua orang asli Indonesia juga tetap yakin kalau tuh tempe asalnya dari Indonesia ( cuma kedelainya saja yang bisa dari mana-mana he.he...).
Di kesempatan ini kita tidak akan membahas tentang siapa pemilik tempe, yang pasti semua orang itu berhak untuk makan tempe sepuasnya. Selama ini kita sering menjumpai rupa-rupa tempe, dari yang ukuran seKTP sampai seukuran buku tulis, dari yang berbahan dasar kedelai, kacang-kacangan sampai ampas kedelai ( tempe gembus ), dari yang berbungkus daun jati, pisang ataupun plastik.
Di kesempatan ini kita tidak akan membahas tentang siapa pemilik tempe, yang pasti semua orang itu berhak untuk makan tempe sepuasnya. Selama ini kita sering menjumpai rupa-rupa tempe, dari yang ukuran seKTP sampai seukuran buku tulis, dari yang berbahan dasar kedelai, kacang-kacangan sampai ampas kedelai ( tempe gembus ), dari yang berbungkus daun jati, pisang ataupun plastik.
Bagaimana ? Cukup anjang bukan ukuran tempenya.
Tetapi pernahkah ada yang melihat tempe dengan ukuran 1 meter atau bahkan lebih ? Jika kita berkunjung ke sebuah pasar kecamatan di wilayah barat Kabupaten Ngawi tepatnya Pasar Ngrambe, kita akan menjumpainya. Tempe disini pada umumnya berukuran "long size" bahkan "king size". Rata-rata pengerajinnya mencetak dalam ukuran panjang 1-2 meter dengan pembungkus menggunakan daun jati. Alasan pemilihan ukuran tempe ialah agar saat membawanya ke pasar tidak repot. "Kok gitu ???" Begini, jika dikemas satuan seukuran KTP, jumlahnya jadi banyak. Jadi repot untuk memasukkannya ke keranjang, mesti satu-satu. Nah..kalau dibuat dengan ukuran 1 meteran bisa gampang bawanya, bisa dipanggul, ke tenteng atau dikempit (dijepit) di kelek (ketiak)...(weeek....he.he..). Jika ingin yang ukuran kecil tinggal potong-potong saja. Bahkan kalau bosan nunggu pembeli, penjual bisa main pedang-pedangan memakai tempe..ha..ha..ha.
Lalu bagaimana jika pembeli ingin membelinya ? Gampang..pembeli pengen beli yang utuh atau seperlunya saja. Kalau beli utuh yang tinggal ditukar sama 1 lembar uang Rp.20000 ( ini menurut perhitungan penulis, sebab sepotong tempe ukuran 10 cm harganya Rp.2000...jadi penulis agak paranormal gitu...ha..ha..). Yang pasti dijamin rasanya lebih ajib dari pada buatan Jepang, soalnya pakai daun jati yang akan memberikan aroma dan rasa tempe yang sangat-sangat tempe.......monggo plesiran ke Ngrambe dan belanja tempenya dan rasakan kepanjangan tempenya...
Lalu bagaimana jika pembeli ingin membelinya ? Gampang..pembeli pengen beli yang utuh atau seperlunya saja. Kalau beli utuh yang tinggal ditukar sama 1 lembar uang Rp.20000 ( ini menurut perhitungan penulis, sebab sepotong tempe ukuran 10 cm harganya Rp.2000...jadi penulis agak paranormal gitu...ha..ha..). Yang pasti dijamin rasanya lebih ajib dari pada buatan Jepang, soalnya pakai daun jati yang akan memberikan aroma dan rasa tempe yang sangat-sangat tempe.......monggo plesiran ke Ngrambe dan belanja tempenya dan rasakan kepanjangan tempenya...
0 komentar:
Posting Komentar