Bengawan Solo
Riwayatmu ini
Sedari dulu jadi...
Perhatian insani
Musim kemarau
Tak seberapa airmu
Dimusim hujan air..
Meluap sampai jauh
Mata airmu dari Solo
Terkurung gunung seribu
Air meluap sampai jauh
Dan akhirnya ke laut
Itu perahu
Riwayatnya dulu
Kaum pedagang selalu...
Naik itu perahu
Siapa yang tak kenal dengan cuplikan lagu di atas ? Bahkan lagu ini sudah sangat terkenal di manca negara. Ya..itulah lagu berjudul ''Bengawan Solo'' karya sang maestro Gesang. Beliau terinspirasi oleh keberadaan sungai Bengawan Solo yang berada tepat di sebelah timur kota Solo. Kota yang menjadi tempat kelahiran dan tempat tinggal beliau. Sungai yang memiliki panjang 540 km ini adalah sungai terpanjang di pulau Jawa.
Mungkin sebelumnya sungai ini lebih panjang dari yang sekarang karena lebih banyak berkelok-kelok. Di akhir tahun 80-an dan awal 90-an sungai Bengawan Solo banyak yang di luruskan guna memperlancar aliran airnya dan untuk menghindari banjir.
Bengawan Solo melewati 12 kabupaten atau kota di 2 propinsi, yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bengawan Solo bagaikan pembuluh darah bagi kehidupan manusia Jawa yang berdenyut di sekitar alirannya. Ia adalah tumpuan harapan bagi mereka, tempat mereka berdoa dan melepas lelah, menghidupi kerajaan di pedalaman, menyokong kehidupan purba, hingga meniupkan peradaban masa kini.
Aliran sungai Bengawan Solo yang bermuara di Gresik Jawa Timur, merupakan aliran yang baru. Maksudnya, pada masa purba aliran sungai Bengawan Solo bukanlah ke arah pantai utara Jawa, melainkan mengarah ke pantai selatan Jawa. Fenomena geologi telah mengubah corong akhir aliran sungai yang bersumber dari pertemuan Kali Muning dan Kali Tenggar di wilayah Wonogiri. "Bendungan" purba membalikkan muara ke arah utara. Jutaan tahun lalu, Samudra Hindia di selatan menjadi akhir bengawan yang memiliki asal kata dari desa Sala. Cerita masa lalu masih tersisa, walaupun nyaris tak disadari oleh generasi penerus.
Bentang alam di salah satu pantai tepian Samudra Hindia di selatan Jogja dapat menuturkan kisah ini. Dua buah dinding batu kapur tegak yang membentengi sisi kanan kiri pantai telah membuat tempat yang dinamakan Pantai Sadeng. Pantai ini berbeda dengan pantai-pantai di pesisir pulau Jawa lainnya. Jarak antar dinding lebih dari 100 m dan ketinggian kedua dinding mencapai 30 m. Sejumlah citra satelit menunjukkan alur Bengawan Solo Purba yang makin meyakinkan bahwa sungai purba itu pernah ada.
Bukti lain yang juga ikut memperkuat adanya bekas alur Bengawan Solo Purba adalah adanya dataran rendah dengan dinding yang tinggi di kedua sisinya yang memanjang menyerupai parit. Parit-parit raksasa ini bisa dijumpai di sekitar kabupaten Wonogiri dan Gunung Kidul. Jejaknya dapat diikuti mulai dari sebelah timur Gunung Payung di sebelah barat daya Giriworo, memanjang ke selatan sejauh kurang lebih 30 km dan berakhir di teluk Sadeng. Kini teluk tersebut telah menjadi tempat pendaratan ikan.
Sumber : National Geographic Indonesia dan Kompas
Foto : wikimapia.org
Riwayatmu ini
Sedari dulu jadi...
Perhatian insani
Musim kemarau
Tak seberapa airmu
Dimusim hujan air..
Meluap sampai jauh
Mata airmu dari Solo
Terkurung gunung seribu
Air meluap sampai jauh
Dan akhirnya ke laut
Itu perahu
Riwayatnya dulu
Kaum pedagang selalu...
Naik itu perahu
Siapa yang tak kenal dengan cuplikan lagu di atas ? Bahkan lagu ini sudah sangat terkenal di manca negara. Ya..itulah lagu berjudul ''Bengawan Solo'' karya sang maestro Gesang. Beliau terinspirasi oleh keberadaan sungai Bengawan Solo yang berada tepat di sebelah timur kota Solo. Kota yang menjadi tempat kelahiran dan tempat tinggal beliau. Sungai yang memiliki panjang 540 km ini adalah sungai terpanjang di pulau Jawa.
Mungkin sebelumnya sungai ini lebih panjang dari yang sekarang karena lebih banyak berkelok-kelok. Di akhir tahun 80-an dan awal 90-an sungai Bengawan Solo banyak yang di luruskan guna memperlancar aliran airnya dan untuk menghindari banjir.
Bengawan Solo melewati 12 kabupaten atau kota di 2 propinsi, yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bengawan Solo bagaikan pembuluh darah bagi kehidupan manusia Jawa yang berdenyut di sekitar alirannya. Ia adalah tumpuan harapan bagi mereka, tempat mereka berdoa dan melepas lelah, menghidupi kerajaan di pedalaman, menyokong kehidupan purba, hingga meniupkan peradaban masa kini.
Aliran sungai Bengawan Solo yang bermuara di Gresik Jawa Timur, merupakan aliran yang baru. Maksudnya, pada masa purba aliran sungai Bengawan Solo bukanlah ke arah pantai utara Jawa, melainkan mengarah ke pantai selatan Jawa. Fenomena geologi telah mengubah corong akhir aliran sungai yang bersumber dari pertemuan Kali Muning dan Kali Tenggar di wilayah Wonogiri. "Bendungan" purba membalikkan muara ke arah utara. Jutaan tahun lalu, Samudra Hindia di selatan menjadi akhir bengawan yang memiliki asal kata dari desa Sala. Cerita masa lalu masih tersisa, walaupun nyaris tak disadari oleh generasi penerus.
Bentang alam di salah satu pantai tepian Samudra Hindia di selatan Jogja dapat menuturkan kisah ini. Dua buah dinding batu kapur tegak yang membentengi sisi kanan kiri pantai telah membuat tempat yang dinamakan Pantai Sadeng. Pantai ini berbeda dengan pantai-pantai di pesisir pulau Jawa lainnya. Jarak antar dinding lebih dari 100 m dan ketinggian kedua dinding mencapai 30 m. Sejumlah citra satelit menunjukkan alur Bengawan Solo Purba yang makin meyakinkan bahwa sungai purba itu pernah ada.
Daerah rendah dengan dua bukit di sisi kanan - kiri ini
adalah bekas aliran sungai Bengawan Solo purba
adalah bekas aliran sungai Bengawan Solo purba
Bukti lain yang juga ikut memperkuat adanya bekas alur Bengawan Solo Purba adalah adanya dataran rendah dengan dinding yang tinggi di kedua sisinya yang memanjang menyerupai parit. Parit-parit raksasa ini bisa dijumpai di sekitar kabupaten Wonogiri dan Gunung Kidul. Jejaknya dapat diikuti mulai dari sebelah timur Gunung Payung di sebelah barat daya Giriworo, memanjang ke selatan sejauh kurang lebih 30 km dan berakhir di teluk Sadeng. Kini teluk tersebut telah menjadi tempat pendaratan ikan.
Sumber : National Geographic Indonesia dan Kompas
Foto : wikimapia.org
0 komentar:
Posting Komentar